Milan vs Roma: Antara Dybala, Modric, dan Asa Scudetto Serie A 2025/2026
Milan vs Roma, San Siro akan menjadi saksi duel panas antara AC Milan dan AS Roma dalam lanjutan pekan ke-10 Serie A 2025/2026, Senin (3/11/25) pukul 02.45 WIB. Laga ini tidak hanya sekadar pertemuan dua tim besar, tetapi juga merupakan ajang pembuktian bagi dua kekuatan yang tengah berjuang di jalur Scudetto musim ini.
Roma datang ke Milan dengan kepercayaan diri tinggi setelah mengoleksi 21 poin dari sembilan pertandingan awal musim. Tim asuhan Gian Piero Gasperini tampil konsisten dan agresif, menunjukkan bahwa mereka bukan hanya pesaing sementara, tetapi kandidat serius dalam perebutan gelar juara. Namun, tantangan besar menanti mereka di San Siro. Jika kalah, posisi mereka di papan atas bisa digeser oleh Milan — sesuatu yang tentu ingin mereka hindari.
Gasperini dan Pemahaman Akan Gaya Milan
Pelatih Roma, Gian Piero Gasperini, dikenal sebagai salah satu pelatih paling progresif di Italia. Sejak masa kepemimpinannya di Atalanta, ia telah memahami karakter dan ritme permainan Milan dengan baik. Ia tahu kapan harus bertahan rapat dan kapan harus menekan lawan di lini depan.
Namun, menghadapi Milan di San Siro bukanlah perkara mudah. Gasperini sadar laga ini akan menjadi ujian besar untuk konsistensi, kedalaman skuad, dan mentalitas timnya. Roma memang memiliki potensi besar, tetapi laga-laga besar seperti inilah yang akan menentukan apakah mereka benar-benar siap menjadi penantang serius Scudetto musim ini.
Dybala dan Konsistensi yang Mulai Kembali
Salah satu sosok kunci dalam kebangkitan Roma musim ini adalah Paulo Dybala. Pemain asal Argentina itu tampak menemukan kembali performa terbaiknya di bawah asuhan Gasperini. Dybala dikenal memiliki teknik tinggi, kreativitas luar biasa, serta insting gol yang tajam — kualitas yang membuatnya menjadi pembeda di laga-laga besar.
“Masalah Paulo selalu soal cedera, tetapi ia punya semua kualitas — baik dalam hal teknik, tendangan, maupun kondisi fisik. Sekarang ia jauh lebih stabil dan matang,” ungkap Gasperini dalam konferensi pers.
Pelatih berusia 67 tahun itu menambahkan bahwa Dybala kini juga berada dalam kondisi mental yang jauh lebih kuat. “Ia tahu bahwa ia bisa mencapai level tertinggi lagi. Kami berusaha mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Ini bisa jadi musim yang sangat penting baginya,” ujarnya.
Musim ini, Dybala tidak hanya berperan sebagai pencetak gol, tetapi juga sebagai pengatur serangan. Ia sering turun ke lini tengah untuk membantu membangun permainan dan membuka ruang bagi pemain lain seperti Tammy Abraham atau Stephan El Shaarawy. Keberadaannya memberi keseimbangan antara kreativitas dan efektivitas — dua elemen penting yang dibutuhkan Roma untuk bersaing di papan atas.
Tentang Scudetto dan Luka Modric
Meski Roma tampil impresif di awal musim, Gasperini enggan terlalu larut dalam pembicaraan soal Scudetto. Ia lebih memilih fokus pada progres tim dan konsistensi permainan.
“Saya tidak ingin membicarakan Scudetto terlalu dini. Saya hanya ingin Roma terus berkembang dan mampu bersaing dengan klub besar seperti Milan,” ujar Gasperini. “Inter dan Napoli mungkin masih favorit, tetapi kami ingin menjadi bagian dari persaingan itu.”
Sementara itu, AC Milan juga datang ke laga ini dengan semangat tinggi. Kedatangan Luka Modric pada bursa transfer musim panas menjadi tambahan berharga bagi tim asuhan Stefano Pioli. Gelandang asal Kroasia itu membawa pengalaman luar biasa serta visi permainan yang tajam.
Modric diharapkan menjadi motor penggerak di lini tengah Milan bersama Sandro Tonali dan Christian Pulisic, menciptakan kombinasi antara kreativitas dan stabilitas. Tidak mengherankan jika Gasperini memberi perhatian khusus pada mantan pemain Real Madrid itu.
Ketika ditanya apakah Roma akan menugaskan Bryan Cristante untuk menjaga Modric secara khusus, Gasperini hanya tersenyum. “Modric adalah pemain luar biasa, dan sulit untuk membatasinya. Tapi kami punya cara sendiri untuk mengimbangi permainan Milan,” jawabnya diplomatis.
Milan, Roma, dan Pertarungan Mental di Puncak
Pertandingan di San Siro kali ini bukan sekadar duel taktik, tetapi juga pertarungan mental antara dua tim besar yang sama-sama berambisi besar. Milan ingin bangkit di depan publik sendiri setelah hasil kurang maksimal pekan lalu, sementara Roma berusaha mempertahankan momentum positif mereka.
Tekanan tentu akan lebih berat di pihak Milan, mengingat ekspektasi tinggi dari para pendukungnya. Namun, dengan pemain seperti Modric, Leão, dan Nkunku, mereka memiliki kualitas individu yang bisa mengubah arah pertandingan kapan saja.
Di sisi lain, Roma mengandalkan kolektivitas dan semangat tim yang dibangun Gasperini. Mereka bermain dengan energi tinggi, pressing ketat, dan transisi cepat — gaya khas Gasperini yang sudah menjadi ciri tim-timnya selama ini.
Kesimpulan: Asa Scudetto di San Siro
Laga AC Milan vs AS Roma kali ini menjadi lebih dari sekadar pertandingan pekan ke-10 Serie A. Ini adalah cerminan kecil dari perebutan kekuasaan di puncak klasemen, di mana pengalaman dan kualitas Milan akan diuji oleh semangat dan konsistensi Roma.
Apakah pengalaman Luka Modric mampu membawa Milan meraih kemenangan penting di San Siro, atau justru magis Paulo Dybala yang kembali bersinar untuk memperkuat asa Scudetto Roma?
Satu hal yang pasti — duel ini akan menjadi tontonan wajib bagi para pecinta sepak bola Italia, penuh emosi, taktik, dan gengsi antara dua klub yang sama-sama bermimpi menulis ulang sejarah kejayaan mereka di Serie A.
Sumber: TMW, Sempre Milan