Inter Milan memulai musim 2025/2026 dengan performa yang kembali solid, terorganisir, dan penuh semangat baru. Di bawah kendali Cristian Chivu, Nerazzurri memperlihatkan identitas permainan yang kuat di kedua sisi lapangan—terutama pada sektor kiri yang kini menjadi salah satu kekuatan utama tim.
Transformasi ini tidak terjadi dalam semalam. Musim lalu, Inter kerap bermasalah dengan ketidakseimbangan di sisi kiri pertahanan. Federico Dimarco dan Alessandro Bastoni sempat mengalami penurunan performa akibat kelelahan dan inkonsistensi taktik. Namun sejak Chivu mengambil alih kursi pelatih dari Simone Inzaghi, perubahan positif mulai terlihat jelas.
Menurut laporan Corriere dello Sport via FCInter1908, Chivu berhasil mengembalikan harmoni permainan Inter di area kiri, yang sebelumnya menjadi titik lemah tim. Kini, sisi tersebut justru menjelma menjadi senjata utama dalam fase menyerang sekaligus bertahan. Dampaknya pun terasa signifikan: Inter kembali ke puncak klasemen Serie A dan tampil impresif di Liga Champions dengan permainan yang dinamis, seimbang, dan efisien.
Sentuhan Cristian Chivu: Disiplin dan Kepercayaan Diri
Sebagai mantan bek kiri dan bek tengah andalan Inter pada masa kejayaannya di bawah José Mourinho. Cristian Chivu memahami betul pentingnya koordinasi dan keseimbangan di lini pertahanan. Ia menanamkan prinsip disiplin posisi kepada para pemain belakangnya, terutama kepada Bastoni dan Dimarco, yang menjadi tumpuan dalam pola tiga bek.
Chivu tidak sekadar mengubah formasi atau pendekatan teknis, tetapi juga membangun kembali mentalitas juara di ruang ganti. Beberapa laporan menyebutkan bahwa sang pelatih asal Rumania itu sering berbicara langsung dengan para pemain kunci. Termasuk Bastoni dan Dimarco, untuk menanamkan rasa percaya diri dan tanggung jawab dalam menjaga area mereka masing-masing.
“Chivu membawa energi baru dan pendekatan yang lebih personal,” tulis Corriere dello Sport. “Ia tahu bagaimana berbicara dengan para pemain karena ia pernah berada di posisi mereka. Ia memahami tekanan yang datang dengan mengenakan seragam Inter Milan.”
Bastoni Kembali Jadi Pemimpin di Belakang
Salah satu dampak terbesar dari tangan dingin Chivu terlihat pada kebangkitan Alessandro Bastoni. Bek tengah berusia 26 tahun itu kembali menunjukkan performa terbaiknya setelah sempat menurun di akhir musim 2024/2025.
Bastoni kini bukan hanya bertugas menjaga area pertahanan, tapi juga menjadi pengatur ritme dari belakang. Akurasi umpannya yang tinggi membuat Inter lebih mudah membangun serangan dari lini pertama. Dalam kemenangan 2-0 atas Lazio, Bastoni mencatat assist keempat musim ini, dengan umpan terukur ke Lautaro Martinez yang membuka keunggulan Nerazzurri.
Permainannya yang tenang dan penuh perhitungan membuat Inter tampak lebih solid. Chivu pun menilai Bastoni sebagai “sosok pemimpin sejati di lapangan”, terutama dalam mengatur garis pertahanan dan memimpin pressing di area tengah.
Selain itu, kemampuan Bastoni untuk membaca permainan lawan membuat Inter lebih siap menghadapi serangan balik cepat—sebuah aspek yang sempat menjadi kelemahan mereka musim lalu. Kini, komunikasi antara Bastoni dan Dimarco berjalan sangat baik, menciptakan keseimbangan antara serangan dan pertahanan di sisi kiri.
Kebangkitan Dimarco: Bek Sayap Modern yang Produktif
Jika Bastoni adalah fondasi pertahanan, maka Federico Dimarco menjadi mesin penggerak utama serangan dari sisi kiri. Dalam enam laga terakhir Serie A, Dimarco mencatat empat assist dan dua gol, menjadikannya salah satu bek sayap paling produktif di Italia musim ini.
Kecepatan, visi bermain, dan kemampuan crossing-nya menjadi senjata utama Inter dalam membongkar pertahanan lawan. Dimarco kini lebih bebas bergerak ke depan berkat sistem yang diterapkan Chivu. Pelatih 44 tahun itu memberikan kebebasan ofensif, namun dengan syarat: Dimarco harus tetap disiplin dalam transisi bertahan.
Hasilnya terlihat jelas dalam beberapa laga terakhir. Dimarco tampil luar biasa dengan menyumbang assist untuk gol kedua yang dicetak Ange-Yoan Bonny saat Inter mengalahkan Lazio. Ia juga berperan besar dalam kemenangan atas Torino dan Udinese, di mana umpan-umpan silangnya kerap menjadi awal terjadinya gol.
Chivu menyadari bahwa kekuatan Dimarco bukan hanya pada kecepatan, tetapi juga inteligensi taktik. Oleh karena itu, ia sering memposisikan Dimarco lebih tinggi di lapangan saat Inter menguasai bola, memungkinkan pemain 27 tahun itu berperan layaknya playmaker dari sayap kiri.
Sisi Kiri Jadi Amunisi Andalan Inter
Kombinasi Bastoni dan Dimarco kini menjadi salah satu duet bek kiri terbaik di Eropa. Keduanya saling melengkapi: Bastoni dengan kemampuan defensif dan distribusi bola yang tenang, sementara Dimarco dengan energi dan kreativitas dalam menyerang.
Sisi kiri Inter kini bukan lagi area rawan, melainkan sumber kekuatan utama dalam fase menyerang. Banyak tim Serie A kesulitan menghadapi kombinasi keduanya, terutama karena pergerakan overlap dan underlap yang sangat terkoordinasi.
Bahkan Lautaro Martinez dan Nicolo Barella mengakui dalam wawancara pascalaga bahwa peran dua pemain itu sangat penting. “Kami tahu bahwa jika bola sampai ke Dimarco, selalu ada peluang tercipta,” ujar Lautaro. “Kerjasama antara Bastoni dan Dimarco membuat kami jauh lebih berbahaya.”
Inter Siap Tantang Gelar Serie A dan Liga Champions
Dengan stabilitas di lini belakang dan keseimbangan permainan yang semakin matang, Inter Milan kini tampak siap menantang semua gelar musim ini. Chivu berhasil menghadirkan kembali DNA pertahanan kuat yang dulu identik dengan era Mourinho, namun dengan sentuhan modern yang menekankan kecepatan dan kreativitas.
Sisi kiri pertahanan yang semula menjadi masalah, kini justru menjadi simbol dari kebangkitan Nerazzurri. Jika performa seperti ini bisa dipertahankan, tidak menutup kemungkinan Inter Milan akan kembali meraih kejayaan baik di Serie A maupun di Eropa.
Cristian Chivu mungkin baru memulai petualangannya sebagai pelatih utama di level tertinggi, tetapi perubahan nyata yang ia bawa dalam waktu singkat membuktikan satu hal: Inter Milan telah menemukan sosok yang tepat untuk melanjutkan warisan besar klub ini.
Sumber: Sempre Inter, FCInter1908, Corriere dello Sport